PUISI

SENIMAN TAKBERKARYA
Aku adalah pena takbertinta mangsi
gaya hidup  liar sesuai dengan hati
membuat yang lain makan hati
wajah kusut dan crumut setiap hari
berjalan kesana kemari mencari inspirasi
terus bermimpi dan mimpi
berhayal menguras imajinasi                
setip hari tak pernah mandi
baju tak pernah dicuci
tak pernah sadar akan diri
mencoba menulis kata hati
 hanya membuat emosi
duduk sendiri dan mengurung diri
berseni terus hidup dalam hati
meski terbakar api emosi

BENALU
Banyak yang kalah perang
Jumlah pemakai bertambah setiap tahun
Klompok pemakai makin berfariasi
Daerah penyebaran semakin meluas
Keterlibatan negri ku meningkat
Penyakit yang menyertainya berbahaya
Jenis dan kualitas  meningkat
Sindikat semakin piawi
Keburukan semakin parah dan luas
Apa itu narkoba dan buat apa narkoba
Narkoba…narkotika dan obat berbahaya
Memperbudak manusia
Tapi  mengapa masih engkau pakai
Ingin kenikmatan yang cepat
Apa karena taktau , Ingin di anggap hebat, Rasa setia kawan
Rasa kecewa, prustasi kesal, Ingin bebas dari rasa sakit
Semua salah kaprah
membuat ancaman ketuhanan dan kehancuran Negara
lalu bisa apa
penyesalan tak ada lagi berguna
semu kau buat sendiri menjadi gelap dan takbernyawa
kualitas manusia bangsa rendah
ekomomi kacau balo menurunkan kualitas dan produktifitas manusia
kriminal, korupsi, kolusi dan nepotisme terus dan terus meningkat
lambatlau kehancuran bangsa terwujut
apa daya kita
hanya melihat , menyimpan luka didada dan mengelus dada
 ini salah siapa penuh tanda Tanya
kepala, tangan,kaki, tubuh dan mereka
semua tak ada yang salah
salahmu sendiri tak hiraukan kata-kata bangsa
oh…negri ku…bangsa ku
 terbongkar-bangkirkan oleh penghuni mu
kapankah berakhir situasi seperti ini…
banyak musuh dan penyakit ditubuhmu

PUTIH TAPI HITAM
kta-kata indah, menarik dan menawan
tingkah elok dan lembut seperti beras yang  dihaluskan
kami memang bodoh rendah pendidikan
tapi kami takbisa dibodohi oleh ucapan
hidup memang permainan
tapi kami takmau dipermainakan
dengan kepalsuan dan kebohongan
pikiran penuh dengan kebusukan
yang kau tuju hanya kekuasaan
bukan kemajuan dan kesejahtraan
kau hanya binatang jalang di jalanan
yang berebut makanan
setelah dapat kau lari nikmati sendirian
tak pernah hiraukan sekeliling kelaparan
 saling meludah dimuka menjadi kebiasaan
membunuh semua saingan
memang dasar engku setan alas takberperasaan
kau memang pintar menyusup dicelah-celah penderitaan
merayu mengajak berdansa dan berpesta di tengah-tengh kesusahan
kami tak bodoh dengan maksud dan tujuan
ingat dan camkan kata yang dari dalam goa keheningan
kami hanya orang kecil yang ingin hidup tenang penuh kebahagiaan
hidup sederhana penuh ketentraman
engku tau dengan pendidikan
tapi kenapa engkau seperti binatang jalang di jalanan
tunggu saja masamu akan berdatangan
merobek-robek mulut mu sampai tak berkata dan memohon ampun

IBU BAPA
Ku lihat engkau tersa luka didadaku
Rasa sesal membengkak dalam sukma
Membentuk  butiran air  sampai aku tersedu-sedu
Hingga aku rumuk  takdapat bersuara
semua Teringat jelas dalam otak batu ku
Pemberian dan  kepercayaanmu tersia-siakan semua
Yang dengan susah payah kau dapatkan semua itu
 sampai engkau banting tulang mengejarnya
Meskipun lelah dan sepait empedu tetap kau penuhi pintaku
Begitu besar  jasamu hingga  takterhitung dengan angka
Setiap nafas dan langkahmu kau libatkan aku
Tapi aku selalu membuat kecewa dan luka
Sungguh aku malu pada driiku dan padamu
Maafkan darah dagingmu yang berdosa
Dan cantumkan nama ku dalam doa  yanh khusyu
PASAR BARU
tengah malam aku terlantar dijalanan kota metropolitan
Hanya ditemani sebatang rokok yang tergapit ditangan
Kebingunan dan ktakutan bersarang dalam pikiran
kaki terus melangkah seolah takmau brhenti Dan mata terus memasang kewaspadaan
Terasa lelah letih dan perut kroncongan
Sejenak aku terdiam di tengah-tengah perempatan
Melirik kanan kiri berharap ada dermawan
Namun takada satupun penuh dengan kesombongan
Padahal kita sama-sama berdarah merah dan beertulang putih
Tapi taksedikitpun senyuman yang ditawarkan
Membuat hati terasa perih dan merintih
Dalam lelah ku langkah kan kedepan walao tanpa tujuan
Sampai ku temukan tiga orang duduk di pinggir jalan
Mereka terlihat kriput  yan tercampur  rasa kelelahan
Tanpa berpikir panjang aku mendekat tanpa rasa takut dalam pikiran
Mereka menatap dengan tajam penuh kecurigaan
Tak sedikitpun aku hiraukan dan aku duduk bersandingan
Terlonttar kata-kata dari mulut ku yang sedikit sopan
Bolehkah aku numpang berteduh dari kelelahan tuan
Takusah izin menumpang karena kami juga menumpang
Meskipun kami orang jalan tapi kami masih berperasan
Tidak seperti mereka-mereka yang terang
hidup didalam ruangan yang gemerlapan
tapi memiliki hati yang di jalan
  
KETIKA FAJAR TENGGELAM
fajar  mualai tenggelam
burung-burung menyambut dengan nyanyian
terbang dari ranting keranting yang rindang
ulat-ulat bersembunyi dibalik dedaunan hitam
semut-semut berjalan rapi dijalanan
satu upa seribu masa yang datang
mereka banyak yang kurang dan  hitam
tapi berbeda arah saling beciuman
coba kau lihat apa ada yang kurang
kau keluar dengan putih dan hitam
kau bisa berdiri dan berjalan
tapi kenapa fajar tenggelam kau masih tenggelam
tidak ikut serta manyambut dengan nyanyian
berjalan diatas tanah yang lapang 

NYIUR TAKMELAMBAI
aku berjalan ditengah-tengah keramaian dan kebisingan
terdengar suara-suara penikmat pesta dunia
aku lihat banyak menempel dan berglantungan gambar-gambar disana
semua indah berwarna-warni penuh kesopanan dan kebijaksanaan
tapi semua hanya kepalsuan dan mencari keuntungan
membuat hatiku galau dan kebingungan
taksedikitpun terdengar suara nyanyian nenek moyangku, dahulu kala
dan kenapa takada satupun gambar nenek moyangku disana
taktaukah atau lupa siapa yang membangun ini rumah
merekelah yang telah susah payah
mendirikan tianng, menjait kain merah dan putih menjadi satu
agar berdiri tegak dan berkibar tanpa rasa ragu
tapi kini darah dagingmu telah banyak yang menanam benalu ditaing yang kau dirikan
mencoret-coret kain merah dan putih yang kau persatukan
dengan kebisingan, kebohongan, kepalsuan dan keserakahan
nenek moyangku tercinta dengarkanlah jerit hatiku
bukannya aku tidak mengenang, menghargai dan menjaga peninggalanmu
maafkanlah aku taidak bisa berbuat apa-apa
aku takpunya kursi yang tinggi untuk berkata
nenek moyangku tolong maafkanlah aku
janganlah membenciku dengan amarahmu
percayalah padaku pasti akan aku basmi benalu ditiangmu
akan gu hapus coretan dikain merah putihmu
dengan kejujuran, iman dan kepandaianku