PERKAMUSAN DI INDONESIA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
kekayaan
kosakata yang mempunyai jumlah kata yang tidak terbatas. Istilah kamus besar
yang menjadi judul kamus bahasa Indonesia ini bukan semata-mata menyiratkan
ukuran atau bobot fisiknya, melainkan lebih mempunyai makna yang bersangkutan
dengan banyaknya informasi yang terkandung di penggalian ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, serta peradaban Indonesia. Bukan persoalan mudah bila kekayaan
suatu bahasa sampai pada waktu tertentu yang disusun dalam lema lengkap dengan
segala nuansa maknanya. Nuansa makna diuraikan dalam bentuk definisi,
deskripsi, contoh, sinonim, atau parafrasa.
Penyusunan kamus merupakan proses yang panjang. Setiap tahap
dalam proses itu merupakan kumulasi dari penelitian dan analisis bahasa serta
kegunaan praktis kamus hasil proses sebelumnya. Sejarah leksikografi (perihal
penyusunan kamus) di Indonesia dimulai dari daftar kata atau glosarium ke
kamus-kamus dwibahasa kemudian ke kamus-kamus ekabahasa. Menurut catatan, karya
leksikografi tertua dalam sejarah studi bahasa di Indonesia ialah daftar kata
Cina-Melayu pada permulaan abad ke-15 (Chaer, 2007 :191), yang berisi 500 lema.
Sejarah perkamusan dinegeri ini terus berkembang dari masa
kemasa. Saat ini terdapat berbagai ragam karya leksikografi yang berkembang di
Indonesia, baik itu termasuk kamus ekabahasa maupun dwibahasa untuk menjelaskan
makna bahasa asing kedalam bahasa Indonesia. Banyak ditemukan di toko-toko buku
berbagai ragam kamus seperti, Jepang, Perancis, Italia, Mandarin, Inggris,
Arab, Sepanyanyol, dll.
Pengembangan
bahasa itu antara lain meliputi penelitian, pembakuan, dan pemeliharaan. Menurut
Samuel Johnson, bapak leksikografi Inggris dan penyusunn Dictionary of
Language (1755), menyatakan bahwa kamus berfungsi untuk menjaga kemurnian
bahasa. Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Noah Webster, bapak
leksikografi Amerika yang menyusun An American Dictionary of the English
Language (1876), kamus yang menurunkan beberapa generasi kamus yang
memakai nama Webster di Amerika. Pembuatan kamus adalah salah satu cara
pengembangan bahasa dan hasil kodifikasi bahasa yang menjadi bagian dari pembakuan
bahasa tersebut.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Mendeskripsikan Sejarah Perkamusan di Indonesia
2.
Mendeskripsikan Bentuk dan Jenis-jenis Kamus
3.
Mendeskripsikan Fungsi dan Penggunaan kamus
4.
Mendeskripsikan Kendala Pengembangan
Kamus di ndonesia
1.3.
TUJUAN
1.
Mengetahui Sejarah Perkamusan di Indonesia
2.
Mengetahui Bentuk dan Jenis-jenis Kamus
3.
Mengetahui Fungsi dan Penggunaan kamus
4.
Mengetahui Kendala Pengembangan Kamus di ndonesia
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
SEJARAH PERKAMUSAN DI INDPNESIA.
Sjarah
penyusunan kamus tidak terlepas dari ideology yang melatarbelakangi terbitnya
kamus itu. Samuel jhonson, bapak lekssiko grafi inggris, penyusun kamus Dictionary
of the englis Language berpendapat bahwa sebuah kamus berfungsi menjaga
kemurnian bahasa (Chaer, 2007 : 190). Keadaan dunia perkamusan di Indonesia
tidak sama dengan yang terjadi di negara-negara maju di dunia. Sejarah
leksikografi di Indonesia dimulai dengan adanya catatan kosakata yang kurang
lebih berjumlah 500 buah lema, Daftar Kata Cina Melayu, yang ditulis pada awal
abad ke-15. Selanjutnya, pada tahun 1522, seorang pakar bahasa yang mengikuti
pelayaran Magelheans mengelilingi dunia bernama Pigafetta menulis Daftar Kata
Italia Melayu.
Kamus
tertua dalam sejarah leksikografi Indonesia adalah Spraek ende woor-boek, Inde
Malayshe ende Madagaskarche Taen Met Vele Arabische ende Tursche Woorden (1603)
karangan Frederick de Houtman dan Vocabularium offe Woortboek naerorder vanden
Alphabet in’t Duystch-Maleys Duytch (1623) karangan Casper Wiltens dan
Sebastian Danckaerts. Kedua kamus Melayu tersebut jelas lebih tua daripada
Lexicon Javanum (1706) yang disimpan di perpustakaan Vatikan dan dianggap
sebagai kamus Jawa tertua dan lebih tua daripada kamus Sunda tertua,
Nederduitsch-Maleisch en Soendasch Woordenboek (1841) yang ditulis oleh A. de
Wilde. Selanjutnya, ada pula kamus bahasa asing-bahasa Melayu karya R. O.
Winstedt, An Unbridged Malay-English Dictionary (cetakan ke-3, 1960) dan A
Malay-English Dictionary karya R. J. Wilkinson (part I, 1901). Selain itu,
disusun pula kamus yang berjudul A Dictionary of the Malayan Language yang
disusun oleh William Marsden. Kamus ini disusun dalam dua bagian, yaitu
Melayu-Inggris dan Inggris-Melayu.
Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa perkamusan di Indonesia dimulai dari
kamus-kamus dwibahasa, berbeda dengan di Eropa dan Amerika yang dimulai dari
kamus-kamus ekabahasa. Pada zaman kolonial, kamus dwibahasa yang disusun pada
umumnya, yakni bahasa asing-bahasa Nusantara atau sebaliknya, bahasa
Nusantara-bahasa asing. Bahasa Nusantara tersebut seperti bahasa Jawa, Sunda,
Melayu, dan Bali. Hanya terdapat satu kamus dwibahasa Nusantara, yaitu kamus
yang pertama kali dibuat oleh orang Indonesia, yakni Baoesastra Melajoe-Djawa
(1916) karangan R.Sastrasoeganda.
Kamus
ekabahasa yang pertama dibuat oleh orang Indonesia adalah Kitab Pengetahuan
Bahasa, yaitu Kamoes Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga Penggal yang
Pertama yang disusun oleh Raja Ali Haji dari Riau. Selain itu, dalam bahasa
Jawa terdapat Baoesastra Djawa (1930) yang disusun oleh W.J.S Poerwadarminta,
C.S. Hardjasoedarma, dan J.C. Poedjasoedira. Dalam bahasa Sunda terdapat Kamoes
Bahasa Soenda (1948) yang disusun oleh R.Satjadibrata. Kedua kamus bahasa
daerah ini dianggap sebagai pelopor kamus ekabahasa di kedua bahasa tersebut.
Setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945 dan dengan adanya semangat Sumpah
Pemuda 1928, serta dijadikannya bahasa Indonesia dalam UUD 1945 sebagai bahasa
negara, usaha-usaha untuk memantapkan dan menyebarluaskan bahasa
Melayu-Indonesia semakin marak. Ketika itu, banyak diterbitkan baik kamus
ekabahasa bahasa Indonesia maupun buku kamus istilah. Selain itu, juga terbit
kamus bahasa daerah-bahasa Indonesia atau kamus bahasa Indonesia-bahasa daerah.
Kamus-kamus yang pernah ada hingga tahun 1976 dapat dilihat dalam buku
Bibliografi Perkamusan Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa tahun 1976.
Perkamusan
di Indonesia dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu perkamusan Indonesia sebagai
hasil kerja pribadi, perkamusan Indonesia yang dilaksanakan di luar negeri, dan
perkamusan oleh Pusat Bahasa. Perkamusan Indonesia sebagai hasil kerja pribadi
mempunyai arti penting dalam perkembangan dan pengembangan bahasa Indonesia,
baik dalam format kecil maupun besar. Kamus berformat besar di antaranya Kamus
Indonesia, E. St. Harahap (cetakan ke-9, 1951), Kamus Bahasa Indonesia, Hasan
Noel Arifin (1951), Kamus Modern Bahasa Indonesia, St. Moh. Zain, dan Kamus
Umum Bahasa Indonesia, W. J. S. Poerwadarminta.
Adapun
kamus yang berformat kecil yang disusun dengan tujuan terbatas, antara lain
Logat Kecil Bahasa Indonesia oleh W. J. S. Poerwadarminta (1949), Kamus
Bahasaku oleh B. M. Nur (1954), Kamus Saku Bahasa Indonesia oleh Reksosiswojo,
dkk. (1969), Kamus Bahasa Indonesia untuk Remaja oleh Ali Marsaban, dkk.
(1974), Kamus Sinonim Bahasa Indonesia oleh Harimurti Kridalaksana (1974),
Kamus Idiom Bahasa Indonesia oleh Abdul Chaer (1982), dan Kamus Ungkapan Bahasa
Indonesia oleh Abdul Chaer (1997). Muncul pula kamus-kamus bahasa daerah dengan
penjelasan bahasa Indonesia, seperti Kamus Dialek Jakarta oleh Abdul Chaer
(1976), Kamus Jawa Kuno-Bahasa Indonesia oleh L. Mardiwasito (1978), Kamus
Bahasa Bali oleh Sri Reski Anandakusuma (1986), dan Kamus Bahasa
Malaysia-Indonesia oleh Abdul Chaer (2004).
Dengan
maraknya penelitian bahasa Indonesia di luar negeri, muncullah kamus-kamus
bahasa Indonesia-bahasa asing atau sebaliknya, bahasa asing bahasa Indonesia.
Kamus-kamus tersebut misalnya Dictionaire Indonesien-Franḉais (1984) karangan
P. Labrouse yang terbit di Perancis, An Indonesian-English Dictionary (1963)
dan An English Indonesian-Dictionary (1975) karangan John M. Echols dan Hassan
Shadily yang terbit di Amerika, Comtempporary Indonesian-English Dictionary
(1981) karangan A. Edi Schmidgall Tellings dan Alan M. Stevens, Kamus Baru
Bahasa Indonesia-Tionghoa (1989) karangan Liang Liji yang terbit di Republik
Rakyat Cina, Kamus Besar Bahasa Indonesia-Rusia (1990) karangan R.N.
Rorigidskiy yang terbit di Rusia, serta Indonesiech-Nederlands Woordenboek
karangan A. Teeuw yang terbit di Belanda. Selain itu, terbit pula kamus bahasa
Melayu di Malaysia yaitu Kamus Dewan (1970) karya Teuku Iskandar dan Kamus Lengkap
(1977) karya Awang Sudjai Hairul.
Selain
kamus-kamus di atas, muncul pula kamus-kamus bahasa daerah. Kamus-kamus bahasa
daerah yang muncul di Indonesia juga ikut mewarnai perkembangan sejarah
perkamusan di Indonesia. Kamus-kamus yang bahasa daerah yang muncul di
antaranya dalam bahasa Aceh, Gayo, Batak, Minangkabau, Rejang, Nias, Madura,
Sunda, dan Jawa.
Kamus
bahasa Aceh yang terbit pada masa-masa awal perkembangan leksikografi di
Indonesia adalah Woordenboek der Atjehsche taal (1889) karangan Van Langen,
Atjehsch-Nederlandsch Woordenboek (1934) karangan Hoesein Djajadiningrat, Kamus
Aceh Ringkas Atjehsch Handwoordenboek (1931) karangan Kreemer,
Nederlandsch-Atjehsche Woordenlijst (1906) karangan Veltman, dan sebagainya.
Kamus
dalam bahasa Gayo dirintis oleh Snouck Hurgronje. Berdasarkan catatan tersebut
disusunlah kamus Gayo yang dikembangkan oleh Njaq Poeteh dan Aman Ratoes serta
dibantu oleh dua orang Gayo. Hasil penelitian dan kerja mereka tersebut
menghasilkan Gajosch-Nederlandsch Woordenboek met Nederlansch-Gajosch Register
(1907).
Kamus
dalam bahasa Batak diawali oleh H.N. van der Tuuk. Kamus yang disusun adalah
kamus bahasa Batak Toba, Batak Dairi, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Van
der Tuuk menyusun kamus berjudul Bataksch-Nederduitsch Woordenboek (1861).
Kamus bahasa Batak yang lainnya adalah kamus yang disusun oleh J. Warneck dan
berjudul Tobabataksch-Deutsch Worterbuch (1906). M. Joustra juga menulis kamus
bahasa batak dengan ditulis dengan abjad Romawi yang berjudul Batak Karo-Nederlandsch
Woordenboek (1907) yang kemudian direvisi oleh J.H. Neumann pada tahun 1951.
Kamus
bahasa Melayu dan Minangkabau disusun oleh Van der Toorn dengan judul
Minangkabau-Maleisch-Nederlandsch Woordenboek (1891) yang penyusunannya
berdasarkan abjad Melayu-Arab serta menggunakan tulisan Arab dan Romawi. Kamus
bahasa Rejang, menurut catatan Marsden yaitu glosarium yang disusun oleh
Hasselt (1881) dan daftar kata Maleisch-Redjangsch Woordenlijst (1926) yang
disusun oleh Wink.
Kamus
bahasa Nias adalah kamus Jerman-Nias Deutsch-Niassisches Worterbuch (1892) dan
kamus Nias-Jerman Niassisch-Deutsches Worterbuch (1905) yang disusun oleh
Sundermann. Selain itu, ada juga kamus Nias-Melayu-Belanda,
Niasch-Maleisch-Nederlansch Woordenboek (1887) yang disusun oleh Thomas dan
Teylor Weber.
Kamus
bahasa Madura diawali dengan kamus yang disusun oleh Kiliaan yang berjudul
Nederlansch-Madoereesch Woordenboek (1898). Kemudian, Penniga dan Hendriks
menyusun kamus Madura-Belanda, Practisch Madurees-Nederlandsch Woordenboek
(1913). Kamus bahasa Sunda diawali dengan penerbitan kamus yang disusun oleh
Jonathan Rigg pada tahun 1862. Pada tahun 1887 Oosting menerbitkan kamus
Belanda-Sunda, Nederduitsch-Soendasch Woordenboek. Greedink dan Coolsma
melanjutkan perkamusan bahasa Sunda. Greedink menerbitkan kamus yang terdiri
atas 400 halaman dan Coolsma yang didukung oleh Van der Tuuk pada tahun 1944.
Kamus
bahasa Jawa tertua adalah Lexicon Javanum (1706) yang tidak diketahui
penyusunnya. Selain itu, ada pula Kamus Jawa yang disusun oleh Roorda, Kamus
Kawi-Jawa yang disusun oleh Winter dan diterbitkan oleh Van der Tuuk, Kamus
Kawi-Bali-Belanda yang disusun oleh Van der Tuuk dan diterbitkan oleh Brander
dan Rinkes pada tahun 1912.
Selain
kamus-kamus dalam bahasa daerah seperti yang telah dipaparkan di atas, terdapat
pula kamus-kamus yang merupakan buku-buku referensi mengenai berbagai macam
bidang kehidupan dan ilmu pengetahuan yang disusun secara alfabetis. Semakin
berkembangnya kehidupan dan ilmu pengetahuan, kamus semacam ini juga semakin banyak
beredar di masyarakat. Kamus-kamus seperti ini misalnya Kamus Istilah Kimia dan
Farmasi (1976) oleh ITB, Kamus Istilah Ilmu dan Teknologi (1976) oleh H.
Johannes, Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia (1976) oleh J.S. Badudu, Kamus
Linguistik Indonesia (1982) oleh Harimurti Kridalaksana, Kamus Peribahasa
(1987) oleh Sarwono Pusposaputro, Kamus Singkatan dan Akronim Baru dan Lama
(1991) oleh Ateng Winarno, Kamus Biologi (1999) oleh Mien A. Rifai, Kamus Kimia
(1999) oleh Hadyana Pudjaatmaka, Kamus Fisika (2000) oleh Liek Wilardjo, dan
sebagainya.
2.2.
BENTUK DAN JENIS-JENIS KAMUS
A. Berdasarkan Penggunaan Bahasa
1. Kamus
Ekabahasa
Kamus
ini hanya menggunakan satu bahasa. Kata-kata(entri) yang dijelaskan dan
penjelasannya adalah terdiri daripada bahasa yang sama. Kamus ini mempunyai
perbedaan yang jelas dengan kamus dwibahasa kerana penyusunan dibuat berasaskan
pembuktian data korpus. Ini bermaksud
definisi makna ke atas kata-kata adalah berdasarkan makna yang diberikan dalam
contoh kalimat yang mengandung kata-kata berhubungan. Contoh bagi kamus
ekabahasa ialah Kamus Besar Bahasa Indonesia
(di Indonesia) dan Kamus Dewan di (Malaysia).
2. Kamus
Dwibahasa
Kamus
ini menggunakan dua bahasa, yakni kata masukan daripada bahasa yang dikamuskan
diberi padanan atau pemerian takrifnya dengan menggunakan bahasa yang lain.
Contohnya: Kamus Inggris-Indonesia, Kamus Dwibahasa Oxford Fajar
(Inggris-Melayu;Melayu-Inggris)
3. Kamus
Aneka Bahasa
Kamus ini
sekurang-kurangnya menggunakan tiga bahasa atau lebih. Misalnya, kata Bahasa
Melayu Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin secara serentak. Contoh bagi kamus
aneka bahasa ialah Kamus Melayu-Cina-Inggris Pelangi susunan Yuen Boon
Chan pada tahun 2004
B. Berdasarkan Isi
Berdasarkan isinya kamus dibedakan sebagai berikut
1. Kamus
lafal, adalah kamus berisi lema-lema yang disusun dari a sampai z, disertai
dengan petunjuk cara mengucapkan lema-lema tersebut dan tidak ada keterangan
lain.
2. Kamus
ejaan , adalah kamus yang mendaftarkan lema dengan ejaan yang benar, sesuai
dengan pedoman ejaan, serta pemenggalan kata atas suku katanya.
3. Kamus
sinonim, adalah kamus yang penjelasan makna lemanya hanya berupa sinonim
(persaaman kata) dari kata-kata tersebut, baik dalam bentuk sebuah kata maupun
dalam bentuk gabungan kata.
4. Kamus
antonym, adalah kamus yang penjelasan lemanya dalam bentuk kata yang merupakan
kebalikanya, lawanya, atau kontrasnya.
5. Kamus
homonym, adalah kamus yang mendaftar bentuk-bentuk yang berhomonim beserta
dengan makna atau penjelasan konsepnya.
6. Kamus
ungkapan atau idiom, adalah kamus yang memuat satuan-satuan bahasa berupa kata
atau gabungan kata yang maknaya tidak dapat di prediksi dari unsure-unsur
pembentuknya, baik secara leksikal maupun gramatikal.
7. Kamus
singlatan atau akronim, adalah kamus yang hanya memuat singkatan kata dan
akronim yang ada dalam satu bahasa.
8. Kamus
etimologi, adalah kamus yang penjelasan lemanya bukan mengenai makna, melainkan
mengenai asal usul kata itu, serta perubahan-perubahan bentuknya.
9. Kamus
istilah, adalah kamus yang hanya memuat kata-kata atau gabungan kata yang
menjadi istilah dalam suatu bidang ilmu atai kegiatan tertentu.
C. Berdasarkan
Ukurannya
Yang dimaksud dengan ukuran di sini adalah
tebal-tipisnya sebuah kamus. Tebal tipisnya tentu berkaitan tentu berkaitan
dengan banyaknya lema yang disajikan dan banyak sedikitnya informasi yang
diberikan (Chaer, 2007:198). Maka berdasarkan
ukuranya dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Kamus
Besar, adalah kamus yang memuat semua kosa kata termasuk gabungan kata, idiom,
ungkapan, pribahasa, akronim, singkatan, dan semua bentuk gramatika dari bahasa
tersebut, baik yang masih digunakan maupun yang sudah arkais (tidak digunakan
lagi atau tua). Merupakan dokumentasi kebahasaan yang paling lengkap dan dapat
dijadikan acuan untuk menyusun kmus-kamus lain yang sifatnya terbatas, baik
terbatas lemanya maupun terbatas penjelasanya.
2. Kamus
Terbatas, adalah kamus besar semua kata yang ada dalam suatu bahasa didaftarkan
sebagai lema, maka dalam kamus terbatas ini jumlah kata yang dimasukan sebagai
lema dibatasi, begitu juga dengan makna dan keterangan-keterangan lain
dibatasi. kamus terbatas ini di klompokan sebagai berikut :
1. Kamus
Saku, atau juga disebut dengan kamus kantong karena ukurannya yang kecil dan
tidak tebal sehinga dapat dimasukan kedalam saku baju. Kata-kata yang didaftarkan
sebagi lema hanyalah kata-katadasar (basic vocabulary) dari bahasa yang
dikamuskan, begitu juga dengan penjelasannya hanya berupa padanan atau sinonom
dari kata tersebut.
2. Kamus
Pelajar, merupakan kamus terbatas yang jumlah lemanya ditentukan oleh tingkat
pendidikan dimana kamus itu digunakan.
D. Kamus
yang Ideal
Dalam dunia leksikografi
disadari benar bahwa tidak aka nada kamus yang sempurna, yang dapat memberikan
informasi apa saja mengenai kata dan makna. Meskipun dikatakan seerti itu,
namun pabila hal-hal berikut ada didalam kamus maka dapat dikatakan bahwa kamus
tersebut adalah kamus yang baik, yang ideal, atau yang bisa diharapkan (Chaer,
2007 : 206).
1. Kelengkapan
Lema, adalah semua kata suatu bahasa baik nonmorfemis maupun yang poli
morfemis, didaftarkan didalam sebuah kamus baik kamus ekabahasa maupun kamus
dwibahasa.
2. Sistematik
Susunan Lema
Sistematik susunan lema
mudah diikuti. Lema dalam setiap kamus biasanya, dan sudah seharsnya, disusun
menurut abjad.
3. Glossnya
Lengkap, Tepat, dan Jelas
Yang dimaksud dengan
gloss adalah makna atau penjelasan terhadap suatu lema atau sublema.
4. Petunjuk
Lafal dan Ejaan, kamus yang baik harus memberi informasi mengenai lafal atau
cara mengucapkan sebuah kata. Didalam kamus bahasa inggris adanya petunjuk
lafal ini merupakan keharusan karena ejaan bahasa inggris sangat tidak
konsisten. Sedangkan didalam kamus bahasa Indonesia, tampaknya kurang perlu
karena ejaan bahasa Indonesia sangat sempurna dan konsisten dalam penggunaan
huruf.
5. Informasi
Kategori Kata, informasi ini sangat diperlukan dalam kegiatan ketatabahasaan
maupun pengajaran bahasa. Namun, penentuan kategori kata dalam bahasa Indonesia
tampaknya cukup bermasalah.
6. Informasi Fariasi Kata, dalam praktik
berbahasa, banyak kata yang mempunyai variasi bentuk dilihat dari segi ucapan,
ejaan, mauun kedaerahan.
7. Informasi
Asal-usul Kata, terutama mengenai kata serepan, hal ini dilakukan agar orang
mengetahui dari mana kata-kata itu diambil atau diserap.
8. Informasi
Bidang Pemakaian, kata-kata terutama yang masihbersifat istilah, perlu diberi
informaasi bidang penggunaanya.
9. Informasi
Wilayah Pemakaian, banyak sinonim yang berbeda wilayah atau daerahpemakaiannya,
sehingga perlu diinformasikan daerah pemakainnya
10. Informasi
Kelas Sosial, ada sejumlah kata bersinonim yang digunkan dalam kelas sosial
masyarakat yang berbeda, agar orang tidak salh menggunakannya.
11. Informasi
Kata-kata Baku, baku dan tidaknya sebuah kata bisa berkenaan dengan lafal,
ejaan, atau kedaerahan.
2.3. FUNGSI
DAN ENGGUNANA KAMUS
Kamus
merupakan hasil akhir dari kerja leksikografi adalah menghimpun semua kosa kata
yang ada dalam suatu bahasa. Karena kosa kata meruakan wadah penghimpunan
konsep budaya maka kamus berfungsi menampung konsep-konsep budaya dari
masyarakat atau bangsa penutur bahasa tersebut (Chaer, 2007 :184). Hal tersebut
juga sejalan dengan ismail (http://fitriaapriliaismail.blogspot.com,
2011) bahwa Fungsi
utama kamus adalah sebagai media penghimpun konsep-konsep budaya. Selain itu, kamus
juga berfungsi praktis, seperti sarana mengetahui makna kata, sarana mengetahui
lafal dan ejaan sebuah kata, sarana untuk mengetahui asal-usul kata, dan sarana
untuk mengetahui berbagai informasi mengenai kata lainnya.
Fungsi
dan penggunaan praktis dari kamus yaitu :
1. Makna
Kata, pada umumnya orang membuka kamus untuk mengetahui makna atau arti sebuah
kata yang belum diketahuiinya atau yang masih meragukannya.
2. Lafal
Kata, menjelaskan lafal atau ucapan sebuah kata yang baku dan yang tidak baku.
3. Ejaan
kata, member petunjuk bagaimana ejaan yang benar dari setiap kata.
4. Penyukuan
kata, mengetahui cara pemenggalan sebuah kata atau suku kata
5. Kebakuan
kata, mengetahui penggunaan kata baku dan kata tidak baku.
6. Informasi
lain-lain, member informasi mengenai kata, asal-usul kata, kategori gramatikal
kata, bidang pemakaian kata dan pilihan penggunaan kata.
7. Sumber
istilah, untuk mencari istilah-istilah penting ketika seseorang akan membuat
suatu konsep dalam suatu bidang keilmuan.
2.4. KENDALA
PENGEMBANGAN KAMUS DI INDONESIA
Dalam penyusunan kamus,
melalui berbagai tahap sehingga menjadi sebuah kamu yang berfungsi sebagaimana
mestinya. Dalam tahap-tahap tersebut mengalami berbagai kendala atau masalah
yang muncul yakni sebagai berikut :
1. Kendala dari segi Tujuan
Kamus
Kamus disusun bukan untuk
bahan bacaan semata, melainkan untuk menambah pengetahuan yang sebelumnya belum
pernah diketahui. Kamus ini ditujukan pada siapa dan seberapa besar ruang
lingkupnya. Ruang lingkup tersebut terdiri dari
lema-lema yang dimuat, dan makna atau definisi yang terdapat dalam kamus.
Sedangkan masalah yang dihadapi pada tahap ini adalah kerumitan dalam
penyusunan kamus yang tidak terkonsep.
2. Kendala dari segi Korpus
Data
Korpus data menyangkut
masalah substansi bahasa sumber, bahasa sasaran, dan ruang lingkup. Apabila
bahasa sumbernya belum mempunya ragam bahasa tulis, dapat dilakukan dengan cara
merekam bahasa tersebut dari pertuturan yang dilakukan oleh para penutur
bahasa. Setelah perekaman tersebut selesai, maka langkah selanjutnya adalah
mentranskipsikan kedalam bentuk bahasa tulis. Kesalahan dalam mengambil korpus
data akan menyebabkan kamus yang disusun tidak mencapai sasaran, atau tidak
berguna.
3. Kendala dari segi
Pengumpulan Data
Masalah dalam pengumpulan
data, seperti penyusunan kamus ekabahasa bahasa Indonesia. Maka data yang
diambil berupa kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan lain-lain. Selain
masalah yang tersebut di atas terdapat juga masalah yakni adanya bentuk-bentuk
berkenaan dengan variasi ucapan dan perbedaan ejaan.
4. Kendala dari segi Lema
dan Sublema
Lema atau entri dalam
bahasa indonesia berupa morfem dasar, baik yang bebas ataupn yang terikat.
Sedangkan sublema atau subentri berupa bentuk turunan, baik yang berimbuhan,
yang berulang, maupun yang berkomposisi. Masalah lema dan sublema ini akan
muncul jika akan disusun atau didaftarkan di dalam kamus.
5.
Kendala dari segi Masalah Makna
Dalam pemberian makna banyak masalah yang timbul
seperti :
a.
Patokan yang menyatakan bahwa sebuah kata telah
diberi makna atau definisi dengan jelas.
b.
Sukar memberi makna untuk kata krja
c.
Banyak kata yang maknanya di satu tempat tidak
sama dengan tmpat yang lain.
d.
Banyak kata yang maknanya telah berubah, baik
meluas maupun menyempit.
6.
Kendala dari segi Label-label Informasi
a.
Menentukan kelas kata sebuah kata bahasa
indonesia tidak mudah
b.
Kata-kata yang masih terasa asing dalam bahasa
ilmiah perlu diberi keterangan mengenai asal-usul.
c.
Pemakaian kata-kata istilah harus jelas.
BABB
III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Secara
umum fungsi kamus adalah untuk membantu seseorang dalam mengetahui makna atau
istilah-istilah dalam ilmu kedokteran, pertanian, perternakan, dan lain-lain.
Dalam penyusuna kamus juga terdapat kendala-kendala yakni, dapat dilihat dari
segi tujuan kamu, korpus data, pengumpulan data, lema dan sublema, masalah
makna, dan label-label informasi. Sedangkan kamus memiliki jenis-jenisnya
berdasarkan bahasa sasarannya yakni kamus ekabahasa, kamus dwibahasa dan kamus
aneka bahasa. Sedangkan berdasarkan ukurannya yakni kamus besar dan kamus
terbatas. Kamus terbatas terdiri dari kamus saku dab kamus pelajar. Berdasarkan
isinya terdiri dari Kamus Lafal, kamus ejaan, kamus sinonim, kamus antonim,
kamus homonim, kamus ungkapan/akronim, kamus etimologi, dan kamus istilah.
Kamus
merupakan buku atau sumber acuan yang memuat kata atau ungkapan yang biasanya
disusun secara alfabetis dengan keterangan tentang makna, pemakaian, atau
terjemahannya. Idealnya, sebuah kamus memuat perbendaharaan kata yang tidak
terbatas jumlahnya. perkamusan di Indonesia tidak sama dengan yang terjadi di
negara-negara maju di dunia. Sejarah leksikografi di Indonesia dimulai dengan
adanya catatan kosakata yang kurang lebih berjumlah 500 buah lema, Daftar Kata
Cina Melayu, yang ditulis pada awal abad ke-15. Selanjutnya, pada tahun 1522,
seorang pakar bahasa yang mengikuti pelayaran Magelheans mengelilingi dunia
bernama Pigafetta menulis Daftar Kata Italia Melayu.
3.2. SARAN
Diharapkan para pembaca
dapat mengetahui dan memahami sejarah perkamusan di Indonesia, jenis-jenis
kamus, fungsi kamus serta kendala-kendala dalam pengembangan kamus di
Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer
Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta
Ismail, Fitria Aprilia. 2011. Sejarah Perkamusan di Indonesia. http://fitriaapriliaismail.blogspot.com
Lima,
pandawa. 2011. Makalah leksikografi. http://genkpendawa.blogspot.com
MGM National Harbor casino - DrmCMD
BalasHapusMGM 문경 출장샵 National Harbor 원주 출장안마 casino in Maricopa. 세종특별자치 출장안마 MGM National Harbor 용인 출장안마 Casino 군포 출장마사지 (MGM) has earned a $50 million, casino-related loan.